Friday, November 20, 2009

begitulah.


buntu.

terkadang berharap dipahami tanpa harus panjang lebar bercerita.

berharap tidak diukur dari jalur biasa dan benchmark yang sudah tidak biasa diapa-apakan lagi itu.

kenyataannya toh pengukuran tetap dilakukan dari sana, dari sudut pandang paling benar dan masuk akal sedunia. entah menurut siapa.

pahit.

jadi sangat sulit mengeluarkan patahan-patahan kata.

kenapa katamu?

hei, bicara panjang lebar pada orang yang tidak mempercayaimu sama menyiksanya dengan membohongi orang yang mempercayaimu. itu membuatmu muak, pada diri sendiri.

lalu buat apa hari-hari itu dilalui?

tanyaku masih ada di situ.

2 comments:

  1. Coba bersahabat mbk. Berasa saat mbaca postingan2 disini seolah melihat postinganku sendiri. Apalagi kata2 yang dipakai mirip dgn apa yang aku tuliskan. Lugu, lugas, jujur dan apa adanya. Tak ada basa-basi dan langsung nojok kesasaran

    Yah! itukan kemungkinan saja. tetapi memang kadang kita tak memberikan waktu org laen untuk berfikir. mungkin saja bukannya tak mendengarkan akan tetapi belum saatnya untuk menjawab atau mungkin diam itulah cara dia menunjukkan sikapnya. darimana kita bisa begitu yakinnya bahwa kita tak didengarkan.

    dalamnya lautan bisa diukur
    dalamnya hati siapa yang tahu
    luasnya pikiran apakah bisa nampak
    bagaimana kita mengartikannya aja yang penting bukan maksud kita menjadikan semua hal menjadi buruk
    whos know. cause mysteri the world look advanted

    ReplyDelete
  2. hehe..
    mari bersahabat..
    :)

    "memang kadang kita tak memberikan waktu org laen untuk berfikir."

    iya, bagian sini sepertinya tidak salah sama sekali. tiap-tiap dari kita toh butuh waktu yang berbeda untuk menyikapi sesuatu yang mungkin sama.

    tapi ada kalanya terasa buntu, tidak menemukan jalan yang dicari dan kehilangan arah yang dituju.
    rasanya seperti ini: lelah dan jenuh.

    hahaha..
    haduh.. jadi nulis ga jelas..

    thanks sudah mampir dan komen ya mbak.. :)

    ReplyDelete