Thursday, December 31, 2009

tentang tidak tahu

masih labil, begitu katanya.
masih terlalu banyak protes soal ini dan itu dan lainnya.

menyarankan satu kemudian menyerang ketika saran dijalankan dan nyatanya hasil tak terlampau memuaskan.
mau apa?
mengatakan silakan memilih dengan bebas tapi menuntut "pikirkan orang lain" dalam kondisi "orang lain" punya kuasa lebih untuk merasa tersakiti jika pandangannya [yang seringkali berlawanan itu] tidak dituruti..
lalu aku harus bagaimana?

benturkan saja lagi, dan lagi, dan lagi.
memar sudah tidak punya rasa di sini, saudara.
dan jangan bicara soal luka.

adalah menjijikkan ketika membuang sesuatu demi sesuatu yang lain hanya dengan alasan yang itu.
lalu apa?
kukatakan satu kalimat awal mimpiku dan berondongan mesin kata-kata penolakan keluar dengan cepat bahkan sebelum kukatakan dengan jelas.
kemudian: kenapa kamu tidak bilang?
ah, sialan.

kepalaku tidak bisa bercerita dengan jelas. semua susunan kata melompat lenyap. berjingkrakan semaunya mencari tempatnya sendiri.
tuan persepsi sudah tertawa di atas sana dan nona interpretasi tersenyum sinis di sudut ruangan yang remang-remang.
aku salah tempat.

penghargaan diri itu sedang tidak ada.
dan cermin menyiksaku dengan sempurna.

baiklah,
kuminta berhentilah memintaku ini itu dan lainnya kemudian menyalahkanku ketika kesempurnaan adalah sangat jauh dari rengkuhanku.
atau biarkan aku babak belur dan berdarah-darah dengan jalan yang kumau di seberang sana.



_sudut kiri, 31 desember 2009_