Monday, March 23, 2009

move on


okelah,

waktunya bergerak kembali.

hidup tidak berhenti di sini.

TIDAK BOLEH berhenti di sini.


selamat datang hari...

Friday, March 20, 2009

...............




AAAARRGGGGHHHHH......!!!


ingin teriak. marah. dan entah apa lagi.

seperti dituntut sana sini untuk melaksanakan tanggungjawab yang tidak saya pilih untuk tanggung sebelumnya.

saya mau datang ke tempat yang seharusnya tanggal 21 ini. untuk sebuah pertanggungjawaban yang sudah pernah saya sepakati sebelumnya.
tapi benturan waktu dengan yang satunya [selalu] saja membuat saya tidak bisa memilih yang saya inginkan, walaupun yang satunya itu hampir selalu datang belakangan.

HUFFFHHHHHH........



saya lelah. memangnya ini hidup siapa?
sebegitu takutnya saya berbuat salah untuk ke depannya?
dan dengan alasan itu lalu mengarahan hidup saya kemana inginnya?
dengan kalimat "nanti kamu nyesel kalo ga dengerin...."

lalu di mana keberhargaan pembelajaran saya sebagai individu?

entahlah. rasanya bukan ingin memperbaiki apa yang katanya kurang baik.
rasanya ingin membuat semuanya hancur sekalian.

saya sudah muak.


Sunday, March 15, 2009

dan aku memilih diam,


"Jangan keluar malam!"

"Kenapa?"

"Nanti kamu jadi liar!"

"Apa hubungannya?"

"Kehidupan malam itu terlalu bebas, nggak beres."


Dan aku memilih diam.

Tahukah Ia betapa malam sudah menjadi kawanku dalam sepi?
Akan mengertikan Ia bila kukatakan malam telah mengajariku banyak yang tak dapat siang berikan?
Marahkah ia jika kukatakan malam menemaniku berpikir lebih dalam dan menyenangkan?

Dan apapun jawabannya memang hanya berkisar pada keniscayaan.

Dan seperti biasa, malam merangkulku dalam hening dekapnya.
Tak peduli seberapa bising manusia lain di sekitar, heningnya meraja dalam duniaku.

Aku jadi ingin bertanya padanya tentang seberapa banyak dan dalam Ia mengenalku, entah sebagai apa.

Tahukah Ia bahwa aku lebih suka duduk dan berbincang dengan orang-orang di warung kopi pinggir jalan daripada duduk manis di restoran mewah dan menikmati live music?

Tahukah Ia bahwa aku lebih nyaman dengan sandal jepit karetku daripada sepatu mahal yang dipujinya waktu itu?

Tahukah Ia bahwa aku lebih menikmati jalan-jalan tidak jelas dalam hujan dan bermain lumpur di bebasnya alam daripada nonton film di bioskop?

Tahukah Ia bahwa kehidupan buatku adalah pembelajaran yang tak pernah usai seumur hidup dan demikian pula pengistilahan dewasa di sana?

Tahukah Ia apa yang kupikir tentang arogansi atas nama harga diri dan gengsi yang selama ini seolah Ia jauhi namun Ia junjung tinggi dalam nyata?

Tahukah Ia...bahwa aku muak dengan bahasan dan batasan normatif yang tidak bicara tentang kepercayaan dan kebebasan seseorang sebagai individu?

Dan lagi-lagi segala sesuatu adalah tentang keniscayaan...

Lalu bagaimana dengan Tuhan? Apakah Tuhan juga sebuah keniscayaan?

. . . . . .

Jangan bahas di sini.

Terserah mau bilang apa, aku percaya Tuhan itu ada.






Wednesday, March 11, 2009

cerita tentang teman dan minumannya

20.35 WIB
"gw perlu vodka..."

sms sinting itu masuk ke inbox.

seperti orang dungu, kata saya. dia perlu itu dengan alasan untuk tidur. supaya dia terlelap dengan baik dan kemudian bisa bangun dengan segar.
konyol. dia menaruh ketenangannya malam itu pada sebotol vodka.

03.00 WIB
"bukan berarti ingin mati. ingin pergi dari dunia ini. isinya sudah lebih dari memuakkan. saya tidak butuh dunia ini."

manusia...manusia...

ayolah kawan, di mana keberanianmu menjalankan hidup dan perjuanganmu bertahan selama ini?
kalau kamu tahu dunia terlalu memuakkan, lalu apa kamu mau menjadi sama memuakkannya dengan dunia?
apa yang ada dalam dirimu terlalu berharga untuk dilarikan bersama sebotol vodka...


saya kesal. mungkin marah, dan ikut-ikutan muak.
lalu bertanya kenapa?
dan bertanya lagi tentang apa yang dia cari.
dan yang saya temukan adalah tidak tahu.

okelah.
kamu sudah dewasa. sudah tidak perlu saya omeli lagi sebagai teman.
saya cuma merasa sayang kalau harus kehilangan kamu dan pikiran-pikiranmu yang ikut pergi bersama sebotol minuman dengan alkohol 40% itu.
walau sementara.
saya kehilangan teman bicara yang menenangkan.
gara-gara vodka dan satu nama yang kamu kejar tanpa tahu bagaimana berhenti.

selamat pagi.
semoga tidak ada vodka hari ini.