Saturday, November 28, 2009

yang sebenarnya tidak menjawab apapun


kalau kada kata-kata lain sebagai pengganti muak untuk menggambarkan ini, saya akan gunakan itu, sungguh.


meragu dan meragu. padamu dan padaku.
kemudian kutanggapi dengan diam.
kemudian kau tanggapi dengan lebih diam.
oh, dominasiku kelewatan.
seperti undang-undang subversif negara antah berantah itu mungkin.
maaf dengan itu atasmu.

apa yang kita cari dengan semua sakit yang masing-masing tidak bisa silang rasa itu?
kalau jawaban kita adalah tidak ada, mari kemudian kita tertawa.
yang keras. sampai kau dan aku kebas. mati rasa.
lalu aku dan kau akan sadar bahwa jalan adalah jalan dan tidak ada gunanya berhenti berjalan.
persetan apakah itu berombongan, berdua, atau sendirian. berjalan itu perlu.
berjalan itu aku dan kau. kau dan aku. bukan kita, sepertinya.

kubilang beda bukan karena mesti sama.
kalau kau pikir begitu, maka begitulah.
seperti jadi begitu karena kupikir begitu.

dan kuharap ini cuma risauku.
sekedar galau yang mampir menyapa karena rindu padaku.
kutemukan ini di rumah ceritamu:
ragu itu membuncah, menjelma cepat menjadi curiga, sakit, dan muak yang bercampur jadi satu. ketidakmengertian berubah menjadi pisau pembunuh yang mematikan satu demi satu dan sedikit demi sedikit.

lantas buat apa ada kata 'kita' jika nyata hanya kau dan aku dalam cerita dunia yang tak terhubung meski dihubungkan?

lagi-lagi kau akan bilang aku salah mengerti dan terlalu banyak memasukkan sampah dalam pikiran. dan begitukah?
sepertinya aku memang tidak tahu berhadapan dengan siapa.
dan tidak perlulah ada maaf ya, itu basi sama sekali, bagimu dan bagiku.

selamat malam,
semoga masih ada rasa yang menyenangkan,
walau sangat sedikit dan nyaris tak terasa.





_bagian buram kiri depan, november 09_


Friday, November 20, 2009

begitulah.


buntu.

terkadang berharap dipahami tanpa harus panjang lebar bercerita.

berharap tidak diukur dari jalur biasa dan benchmark yang sudah tidak biasa diapa-apakan lagi itu.

kenyataannya toh pengukuran tetap dilakukan dari sana, dari sudut pandang paling benar dan masuk akal sedunia. entah menurut siapa.

pahit.

jadi sangat sulit mengeluarkan patahan-patahan kata.

kenapa katamu?

hei, bicara panjang lebar pada orang yang tidak mempercayaimu sama menyiksanya dengan membohongi orang yang mempercayaimu. itu membuatmu muak, pada diri sendiri.

lalu buat apa hari-hari itu dilalui?

tanyaku masih ada di situ.

Friday, November 06, 2009

malam ini dan kamu dalam pikiran


hening itu tumpah ruah di sini,
seperti semacam pemberian yang rasanya sangat wah setelah hari selesai dengan berkejaran waktu.

cuma ada suara air akuarium,,
hela nafas menanti kantuk,
dan bayanganmu tang tak mau lepas.

sedang apa di sana?
adakah aku?
apakah hening juga menyuguhkanku untukmu dalam imaji?

merindumu seperti tergores kutukan.

datanglah dalam hening yang tak berbatas, sayang.
kemarilah menikmati waktu bersamaku.

temani aku dalam kata cukup yang tidak pernah kita katakan,
dalam setengah kesepian yang bersembunyi di mana saja di dalam kita.

sayang,
hening itu benar-benar tumpah ruah di sini.

dan kerinduan itu menjadi kutukan.



[menjelang 7 november di ujung kesadaran]