Sunday, October 11, 2009

potongan-potongan tulisan di dalam ponsel

Pagi ini cerah, dan luang. Kandang hamster sudah saya bersihkan, akuarium juga. Ikan Sius yang tiga ekor itu sudah saya pindah ke akuarium kecil yang sebelumnya dihuni dua ekor ikan lain yang sudah almarhum.

Ponsel samsung saya masih berteriak-teriak senada dengan beberapa lagu bajakan yang saya unduh dari internet. Ah, berisik. Saya matikan dan suasanya jadi sepi. Duduk sambil menikmati bau daun-daun yang baru kena air, saya buka fasilitas pengirim teks di ponsel, menghapus satu per satu pesan yang pernah masuk dan pesan-pesan lain dalam folder yang lain.

Eh? Waw. Ada beberapa teks terketik dalam folder draft yang tidak pernah saya kirimkan pada siapapun. Sepertinya saya sangat nganggur ya.

ini beberapa isinya. tidak ada keterangan waktu dan tanggal karena saya bahkan tidak ingat kapan menulisnya.


#1

aku jatuh cinta pada sang pencari malam yang bertanya tentang perempuan dan kopi.
jatuh cinta dengan dungu pada runut kata tentang malam yang sudah lama membuatku jatuh dalam cinta yang diatasnamakan.


#2

Jatinangor bisu. Berisik dan bisu yang jadi lebur satu.
Aku mulai benci pada senja yang mengetuk dengan tidak begitu ramah seolah terburu-buru.


#3

Sudah maghrib. Di luar sana ada adzan dan di dekatku ada dentuman suara yang katanya musik atau lagu atau hasil plagiat dari entah apa namanya itu.
Dan aku masih di sini membiarkan pikiranku menari bersama liukan asap.
Secangkir kopi dan sebuah buku. Aku sedang jatuh cinta.


#4

Aku menemukan pagi, beku, dan arogansi di balik pintu. Pada mereka yang merasa menggenggam nasib kami dengan berlembar-lembar kertas di tangannya. Arogansi yang sama dengan para pemegang palu sakti di balik meja. Arogansi yang sama seolah mereka sesakti Tuhan, atau lebih.


Friday, October 09, 2009

tentang kau, sistem, isme, dan aku


Jam dinding itu sudah lama mati dan kau masih berbusa-busa bicara tentang demokrasi. Lalu kutanya padamu apa untungnya kau terus bicara soal itu.
Lalu kau katakan aku kapitalis yang selalu menghitung untung rugi. Komentarku: persetan.
Kau terperangah dan bilang aku kasar. Lalu maumu apa?

Masih ingat kuliah ilmu politik kita dulu saat aku terbahak melihatmu berdebat tentang demokrasi dengan si Tuan itu? Aku masih.

Aku tidak tahu tentang rentetan istilah panjang yang kau campurkan untuk bicara mengenai si sistem di sana dan di situ itu. Aku tidak peduli walau itu [mungkin] kedengaran keren.
Dan kau pasti tahu: aku tidak suka melabeli diriku dengan istilah-istilah yang tidak membumu itu, kawan.

Kau masih saja bicara tentang isme, dan aku masih saja tidak paham. Kau bilang aku dan dia adalah orang-orang kalah karena melupakan idealisme kami.
Aku bilang idealisme itu bergerak. Dan obrolan kita sama saja seperti dulu: tidak ketemu-ketemu.

Jam dinding kamarku memang sudah lama mati.

Thursday, October 01, 2009

tentang menikmati


saya bilang itu obrolan dungu yang sangat bisa dinikmati, jadi tidak ada salahnya dilakukan.
ya, beberapa hal akan jadi kontroversi dengan obrolan semacam itu, dan bukankah itu seru?




ada yang pernah baca komik ARIA?
komik yang menurut seorang teman membosankan karena alurnya yang datar dan ceritanya yang tidak menarik.
tapi buat saya itu komik keren. haha. selera saya katanya aneh. saya bilang biarin.

oke, kembali ke komik.
salah satu hal yang saya ingat di dalam sana adalah tentang menjadi expert dalam menikmati segala hal. waw. bagaimana mungkin?
lalu saya baca buku lainnya dan menemukan bahwa dalam hidup selalu ada hal baik dan buruk yang datang silih berganti, dan keduanya harus diterima dalam keseimbangan.
oh, tidak ada istilah karena nila setitik rusak susu sebelanga lagi. yang harus dilakukan adalah segera pisahkan bagian yang terkena nila dan selamatkan sisa susu di belanga itu.
kalau sudah terlanjur mencampuri seluruh bagian susu? paling tidak belanga nya masih bisa digunakan.

semalam, masih di kursi bis primajasa lebak bulus - garut, saya menemukan sesuatu tentang jawaban dari pertanyaan yang biasa diajukan seorang teman [yang istimewa dalam peta pikiran saya]. dan ini menyenangkan.
betulkah Tuhan sudah menyediakan potongan-potongan puzzle lainnya dari jawaban itu? kalau begitu saya masih akan mencari. rasanya seperti sudah tahu, tapi belum.
seperti berkaca di cermin yang berembun: samar, tapi tahu, walau tidak persis dan detail.


berhenti merasa iri: bergerak.